Al-Azhary 13/1/2023. ( Isnaeni)
“Shireeeeeen!” Teriakan dari perempuan itu mengagetkan seseorang yang sedang terlelap tidur.
“Astaghfirullah dinda! Berisik tau gak si!”
“Ayo berangkat, ustadz Zein udah nunggu kita dikelas cepetaann!” Dengan sisa kesabarannya, Dinda menarik paksa selimut yang digunakan oleh Shireen agar bangun dari tidurnya.
“Ijin dulu deh, aku ngantuk banget beneran.”
“Dasar, jalanan aja yang bolong ditambal, tuh kitab kapan mau ditambal?! Udah ayok cepetan kita berangkat sekarang.”
“Iya, kamu duluan aja ga papa.”
Dengan sedikit tidak percaya pada akhirnya Dinda berangkat terlebih dahulu. Dan benar saja bukannya bersiap siap Shireen justru kembali menarik selimutnya dan kembali melanjutkan tidurnya.
Shireen Ayla seorang perempuan atau lebih tepatnya santriwati kelas 12 itu memang sudah sangat sering membolos kegiatan di pondoknya. Ya, kemauan dari orang tua yang memaksa dia untuk bersekolah di pondok pesantren membuat dia selalu menjalani setiap kegiatan dengan rasa malas. Sudah sering dirinya mendapat ta’ziran (hukuman) dari ustadz atau ustadzah karna pelanggaran yang dia lakukan. Bukan tanpa alasan dia bersikap seperti itu, dari awal dia memang sangat menentang keinginan kedua orang tuanya untuk masuk ke pondok. Dia sangat ingin bersekolah di sekolah negeri seperti kebanyakan teman temannya. Dan alasan yang paling membuat dia tak ingin dimasukkan pondok adalah karna cita cita dia yang sangat besar untuk menjadi seorang Diplomat. Dia beranggapan jika dia dimasukkan pondok, wawasan dia tentang dunia yang mana itu dapat mempermudah dia menggapai cita cita akan sulit dia lakukan karna dia tak bisa menggunakan handphone ataupun laptop untuk menambah wawasannya.
“Reen!”
“Eungh.” Shireen terbangun dari tidurnya.
“Mau ikut gak? Jajan kuy.” Dinda menarik narik tangan Shireen untuk ikut dengannya membeli jajan di koperasi pondok.
“Emm udah pulang?’
“Udahh. Eh eh tau gak si ustadz Zein tadi ganteng bangettt pake baju hitam terus pake sarung yang batik coklat itu lohh. Udah sholeh, pinter, pengacara, beuhh idaman banget. Nyesel kamu gak berangkat tadi.”
Shireen hanya mengangguk anggukkan kepala menahan ngantuk mendengar cerita Dinda. “Udah ceritanya? Aku cuci muka dulu okey bay.” Shireen pun beranjak dari ranjanganya meninggalkan Dinda yang cemberut menahan kesal.
###
“Reen gimana kamu mau lanjut kuliah dimana?” Dinda menanyakan hal yang membuat Shireen malas membahasnya.
“Tau deh, bingung, males jadinya.”
“Kok gitu si, katanya kamu mau jadi Diplomat. Harus semangat dongg.”
Shireen menghela napasnya, “ Ya gimana Din, impian aku ketinggian kayanya buat sekolah ke luar.”
Dinda mengerutkan keningnya mendengar itu, “Kok gitu? Kata siapa kamu gak bisa? Kamu bisa pasti, jangan nyerah dulu dong, masa seorang Shireen kaya gini,” Dinda menyemangati Shireen, karna dia tau apa yang dirasakan oleh teman yang sudah dia anggap sebagai sahabatnya itu.
BERSAMBUNG
Ditunggu lanjutanyya